Samarinda yang ibu kota dari Provinsi Kalimantan Timur, selama ini dikenal sebagai kota perdagangan yang sibuk sejak dahulu. Namun dibalik hiruk pikuknya kota seluas 718 kilometer persegi ini ternyata menyimpan sebuah obyek wisata yang sayang untuk dilewatkan, namanya adalah kampung Kelompok Pengrajin Sarung Tenun Samarinda Berdikari. Letaknya di jalan Pangeran Bendahara, gang Karya Muharam, kelurahan Mesjid dan Baqa, Kecamatan Samarinda Seberang. Tempat ini menjadi istimewa karena di dalamnya berkumpul para pengrajin sarung tenun khas Kota Tepian, para pengrajin tersebut menenun dengan ATBM (alat tenun bukan mesin) yang disebut Gedokan, dan biasa melakukannya di beranda rumah mereka sendiri, pemandangan semacam itu dapat disaksikan hampir di setiap rumah warga ketika kita berkunjung ke sana. Kami sekelompok mahasiswa Universitas Mulawarman, Prodi Ilmu Komunikasi beserta salah seorang dosen kami mencoba berkunjung kesana pada 20 maret 2013 silam. Kami pun menuju lokasi kampung tersebut melintasi sungai Mahakam dari pelabuhan di jalan Yos Sudarso menggunakan perahu motor. Hal ini dilakukan guna menghindari kemacetan di Jembatan Makaham yang merupakan lalu lintas utama ke Seberang sekaligus untuk merasakan sensasi menyebrang melewati sungai bertuah ini dengan transportasi air yang jarang dilakukan oleh kebanyakan orang di ibu kota.
Kami menyaksikan sendiri bagaimana proses pembuatan sarung yang menjadi ikon kota ini. Bahan yang digunakan adalah Benang Hata yang didatangkan khusus dari China. Corak dan warnanya sangat bervariasi, salah satunya adalah sarung corak balo hatta yang dapat kita lihat pada gambar di atas, proses pembuatannya pun memakan waktu beberapa hari hingga benar-benar sempurna. Maka tak heran jika untuk mendapatkan sarung Samarinda anda harus merogok kocek yang dalam, yaitu sekitar Rp. 260.000 - Rp 1.000.000 per kodi. Hasil dari para pengrajin ini dapat kita beli di toko Hj Fatmawati yang berada tepat di seberang jalan dari gang tempat pembuatannya. Di toko itu selain menjual aneka corak dan motif sarung samarinda, juga dijual beraneka pakaian yang terbuat dari bahan tenunan tersebut, dan juga pernak pernik khas Kalimantan, seperti kalung, gelang, cincin, dan lainnya.
Selain wisata tenun sarung samarinda, kami juga berkunjung ke sebuah rumah adat khas Kalimantan Timur, lokasinya juga sangat dekat, yaitu tepat di sebelah gang kampung tenun tersebut. Tempat wisata rumah adat Kaltim ini dinamakan Cagar Budaya Rumah Adat. Bentuk bangunannya adalah rumah panggung yang disebut Lamin oleh masyarakat Kalimantan Timur. Sampai saat ini keadaan rumah adat ini masih utuh dan sangat terawat dibawah pengelolaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo kota Samarinda.
Jika ditarik kesimpulan, ternyata di pinggiran kota Samarinda memiliki potensi wisata yang layak diacungi jempol. Hanya perlu perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat untuk mau lebih serius menjaga, merawat serta mengembangkan potensi pariwisata yang ada. Bisa jadi hal ini dapat memajukan pariwisata di Kaltim, khususnya di Kota Samarinda, serta menaikan pendapatan daerah. Dengan adanya kampung tenun sarung samarinda dan rumah adat tersebut, tidak mustahil obyek wisata budaya ini suatu saat akan menjadi situs warisan yang dikenal oleh dunia internasional dan menjadi salah satu tujuan wisata bagi pelancong di seluruh dunia. (Eka)
Anggota Kelompok:
Eka Sapta Noprianus 1002055093
Debby Juliana 1002055126
Febri Eko Prasetyo 1002055136
Rika Agustina Amanda 1002055142